Thursday 6 April 2017

Seni Dakwah Sunan Kudus - Bertoleransi Agama & Budaya

Waktu asar Selasa (31 Mei 2016), angah tiba perkarangan Makam Sunan Kudus di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. di pintu makamnya terukir kalimah Asma al husna yang berangka tahun 1296H atau 1878M.
Angah juga ambil peluang melihat sendiri Masjid Menara Kudus yang tersergam indah, Masjid ini adalah sebahagian peninggalan bersejarah Sunan Kudus.

Angah di depan menara Kudus

Menurut catatan yang ada di masjid itu, masjid tersebut di dirikan pada 956H atau 1549M. Di catatan itu terdapat juga inskripsi dalam kalimah bahasa arab yang ertinya..."Telah mendirikan masjid Aqsa ini di negeri Quds...". Hal ini menunjukkan, Sunan Kudus memberikan nama masjid ini sempena masjid Al - Aqsa, Palestin. Ramai yang kenali Sunan Kudus sebagai Ulama' yang bertaraf Wali Allah, jarang mengetahui beliau juga merupakan senopati atau panglima perang dan penghulu di Kadipaten Demak.
Pada mulanya, kota yang di dalamnya ada masjid ini bernama Tajug. Namun kemudian diganti nama Quds yang kemudian berubah menjadi Kudus. Lantaran itu, pengasas kota ini terus dikenali dengan Sunan Kudus.

Masjid Kudus

Di masjid Kudus, tersergam sebuah menara yang unik. Menara tersebut sangat berbeza dengan menara-menara di Masjid kawasan Nusantara, bahkan di seluruh dunia. Menara itu menyerupai candi yang menunjukkan bahawa Sunan Kudus yang mendirikan menara itu dengan mengambil kira budaya masyarakat setempat. Menara Kudus itu bercorak bangunan Hindu yang mirip dengan Candi Jogo dan Makam Raja Wisnuwardhana yang di dirikan tahun 1275-1300M di Malang.
Sunan Kudus juga meninggalkan suatu wasiat yang masih diamalkan hingga kini iaitu permintaannya kepada masyarakat untuk tidak menyembelih lembu dalam sambutan hari raya Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti korban lembu dengan menyembelih kerbau, Pesanan supaya memotong kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.
Baik, untuk memahami kenapakah Menara Kudus mirip corak seni bina hindu, mnengapakah Sunan Kudus bertoleransi dengan masyarakat hindu- budha ketika itu, sewajarnya kita mengenali latar belakang Sunan Kudus terlebih dahulu.

Sunan Kudus
Sunan Kudus

Sunan Kudus atau nama sebenarnya ialah Jaafar Saadiq. beliau adalah putera Sunan Ngudung atau Raden Uthman Haji dan cicit dari Sunan Ampel dari sebelah ibu. Ibunya ialah Syarifah, cucu Sunan Ampel anak dari Nyai Ageng Maloka.
Beliau mendapat pendidikan agama dari Ayahnya sendiri dan beberapa ulama' terkenal pada waktu itu iaitu moyangnya Sunan Ampel, Ki Ageng Ngerang dan Kiai Telingsing (The Ling Sing).
Menurut cerita, Kiai Telingsing adalah ulama' yang berasal dari China yang belayar ke Tanah Jawa bersama Laksamana Cheng Ho. Kiai Telingsing antara ulama' yang banyak mempengaruhi terhadap Sunan Kudus dalam berdakwah terutama menghadapi masyarakat yang masih kuat berpegang dengan kepercayaan Hindu dan Buddha.
Pendekatan dakwah Sunan Kudus penuh telorensi, damai, lemah lembut dan bertahap. Sunan Kudus sangat mengelak cara kekerasan. adat-adat tempatan yang bercanggah dengan Islam yang sudah sebati dengan masyarakat dibiarkan dan diubah secara perlahan-lahan. Hasilnya ramai orang memeluk Islam tanpa paksaan.

Sunan Kudus berhadapan masyarakat yang masih berpegang Hindu dan Budha. Beliau menggunakan beberapa tarikan dalam Hindu dan Budha untuk menarik minat masyarakat namun bukan beerti beliau mencampur adukkan dengan ajaran Islam. dengan cara ini menyebabkan orang tertarik dan rasa tidak asing dengan apa yang disampaikan. Sekaligus memudahkan Sunan Kudus menyampaikan intipati ajaran Islam.

Sebagai contoh, Masjid. kita boleh lihat bangunannya tidak jauh beza dengan bangunan candi yang dijadikan tempat peribadatan oleh penganut Hindu dam Budha. Masjid tersebut di rangka oleh Sunan Kudus sedemikian rupa bertujuan menimbulkan rasa nyaman bagi penganut Hindu dan Budha ketika mendengar dakwah Sunan Kudus. Mereka mendengar Islam seolah-olah mereka sedang berada di tempat peribadatan mereka sendiri.
Setelah masyarakat menerima dakwah Sunan Kudus, secara perlahan-lahan beliau akan mengubaj ritual lama kepada pengisian yang tidak bercanggah syarak. Ini lah kebijaksanaan dakwah Sunan Kudus.

Kisah Menarik Sunan Kudus

i. Mangikat lembu di halaman masjid
Untuk menarik masyarakat sekitar agar tertarik datang masuk ke masjid Menara Kudus, Sunan Kudus membawa lembu lalu dikat di depan masjid. Dalam kepercayaan mereka lembu adalah binatang yang dihormati, sehingga kurang orang memiliki lembu. Dengan pendekatan demikian, masyarakat tempatan berbondong–bondong datang ke masjid, yang tujuan awalnya adalah menghampiri lembu yang aneh.Tatkala sudah ramai orang berkumpul di masjid, Sunan Kudus menyampaikan wejangan–wejangan (takirah-tazkirah) ringan terkait dengan ajaran islam.
Paling menarik lagi, Sunan Kudus juga melarang jamaahnya untuk menyembelih lembu, meskipun ia diharuskan dalam Agama Islam. Ini strategi menarik simpati masyarakat yang kebanyakan saat itu menganggap lembu sebagai makhluk yang suci.
Ternyata apa yang dilakukan oleh Sunan Kudus benar–benar ampuh, sehingga dalam waktu yang tidak lama Islam dapat diterima dan dianut oleh sebahagian besar masyarakat Kudus hingga sekarang warga kudus masih mempertahankan adat tersebut dengan tidak menyembelih lembu pada hari raya idul adha.
Ternyata Sunan Kudus lebih mengutamakan toleransi dan harmoni dari pada konflik dalam menyebarkan Islam.

ii. Mengubah lagu dan cerita ketauhidan
Sunan Kudus juga dikenal sebagai penyair dan pengubah cerita rakyat yang bersarat ketauhidan. Buah karyanya adalah lagu gending maskumambang dan mijil. Dalam banyak hal Sunan Kudus mencuba mewarnai gending atau cerita–cerita tertentu yang semula kering dari nilai islam, diisi dengan semangat ketauhidan.
Jika Sunan Kudus menggunakan Lembu dan Seni Bina hindu untuk menarik penganut hindu kepada dakwah, bagaimana pula pendekatan beliau dalam menarik perhatian penganut budha?
Setelah masjid berjaya didirikan, Sunan Kudus membina 8 pancuran air sebagi tempat berwudhu'. Setiap pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang di atasnya.
Hal ini disesuaikan dengan ajaran budha "Jalan berlipat Lapan" atau "Asta Sanghika Marga" iaitu :
1. Harus memiliki pengetahuan yang benar
2. Mengambil keputusan yang benar
3. Berkata yang benar
4. Hidup dengan cara yang benar
5. Bekerja dengan benar
6. Beribadah dengan benar
7. Menghayati agama yang benar

Usaha ini ternyata membuahkan tarikan sehingga ramai penganut budha berbondong bondong datang melihat apakah sebab Sunan Kudus memasang lambang wasiat budha itu di tempat berwudhu'. di Masjid, mereka lansung mendengar dakwah Sunan Kudus dan memeluk Islam.
============================
Jika mahu belajar bagaimana berToleransi dengan kepercayaan-kepercayaan lain, Sunan Kudus adalah contoh terbaik. Toleransi beliau membawa orang memeluk Islam, bukan redha akan kepercayaan mereka yang salah.
Okay, sekarang angah OTW ke Maqam Sunan Bonang (ketika tulisan ini ditulis). Nanti ditulis lagi.
~Angah~
#angahsunan

No comments:

Post a Comment

Enam Sebab Saya Berbangga Dengan Kemerdekaan Tanah Melayu

  1.Islam Berada Di Kedudukan Tinggi Dalam Perlembagaan   Saya sangat berbangga dalam rundingan kemerdekaan Tanah Melayu, ketika banyak nega...